ini caranya untuk bisa melihat setan
Ibnu Abi Dunya pernah menuturkan
mengenai seseorang shalih dari umat ini yang mampu mengetahui keberadaan
setan. Sosok tadi bertemu menggunakan setan di luar masjid ketika
dirinya baru saja kelar melakukan ibadah. Siapakah sosok tadi? Bagaimana
beliau melakukannya?
Sosok shalih yang dituturkan oleh Ibnu Abi Dunya ini bernama ‘Abdullah bin Abi Handzalah al-Ghasil. Saat ‘Abdullah bin Abi Handzalah keluar menurut masjid, ia bertemu menggunakan sosok yang belum dikenali sebelumnya.
“Kamu kenal aku , wahai Ibnu Handzalah?” tanya sosok tadi.
“Kenal,” jawab ‘Abdullah bin Abi Handzalah singkat.
“Siapa aku ?” tantangnya menggunakan tanya berikutnya.
“Kamu,” beber ‘Abdullah bin Abi Handzalah, “merupakan setan.”
Seraya terperangah, setan pun bertanya, “Bagaimana kamu sanggup mengenali saya?”
sumber : goole.com |
Sosok shalih yang dituturkan oleh Ibnu Abi Dunya ini bernama ‘Abdullah bin Abi Handzalah al-Ghasil. Saat ‘Abdullah bin Abi Handzalah keluar menurut masjid, ia bertemu menggunakan sosok yang belum dikenali sebelumnya.
“Kamu kenal aku , wahai Ibnu Handzalah?” tanya sosok tadi.
“Kenal,” jawab ‘Abdullah bin Abi Handzalah singkat.
“Siapa aku ?” tantangnya menggunakan tanya berikutnya.
“Kamu,” beber ‘Abdullah bin Abi Handzalah, “merupakan setan.”
Seraya terperangah, setan pun bertanya, “Bagaimana kamu sanggup mengenali saya?”
“Saat keluar menurut masjid,” tutur
‘Abdullah bin Abi Handzalah, “aku tengah mengingat-jangan lupa Allah
Ta’ala. Tetapi, waktu melihat dirimu, aku eksklusif lalai menurut
mengingat Allah Ta’ala.”
“Dari situlah,” simpul ‘Abdullah bin Abi Handzalah, “aku menyadari bahwa kamu merupakan setan.”
“Kamu benar.” sahut setan membenarkan.
Ketika ‘Abdullah bin Abi Handzalah hendak pulang menjauh, setan pun mencegahnya. Katanya, “Akan aku beritahukan kepadamu satu hal.”
“Aku,” tolak ‘Abdullah bin Abi Handzalah, “tidak memerlukannya.”
“Dengarkan dulu,” kata setan bernegosiasi, “apabila benar, kerjakanlah. Andai salah , acuhkan dan tinggalkanlah.”
Sebab dipaksa dan berharap terdapat nasihat yang didapat, ‘Abdullah bin Abi Handzalah pun permanen di loka. Kata setan, “Jangan sekali pun meminta dengan asa yg penuh kepada seseorang pun selain Allah Ta’ala. Dan,” katanya menutup percakapan, “lihatlah wajahmu ketika murka .”
Setan memberitahukan kepada kita supaya bercermin saat marah. Pasalnya, ketika itu, paras setan berada di paras seseorang yang murka . Dengan melihat paras diri ketika dilanda amarah itulah, orang-orang yang higienis hatinya akan segera tersadar dan beristighfar hingga amarahnya mereda.
Selain itu, wujud setan pula sanggup dikenali di mata orang yang sedang marah dan genre darahnya. Itulah yg sebagai sebab memerahnya paras & naiknya detak jantung tatkala seorang murka .
“Jangan murka ,” pesan cinta Nabi suatu waktu, “dan bagimu nirwana.”
sumber : (Kisahikmah.Com)
“Dari situlah,” simpul ‘Abdullah bin Abi Handzalah, “aku menyadari bahwa kamu merupakan setan.”
“Kamu benar.” sahut setan membenarkan.
Ketika ‘Abdullah bin Abi Handzalah hendak pulang menjauh, setan pun mencegahnya. Katanya, “Akan aku beritahukan kepadamu satu hal.”
“Aku,” tolak ‘Abdullah bin Abi Handzalah, “tidak memerlukannya.”
“Dengarkan dulu,” kata setan bernegosiasi, “apabila benar, kerjakanlah. Andai salah , acuhkan dan tinggalkanlah.”
Sebab dipaksa dan berharap terdapat nasihat yang didapat, ‘Abdullah bin Abi Handzalah pun permanen di loka. Kata setan, “Jangan sekali pun meminta dengan asa yg penuh kepada seseorang pun selain Allah Ta’ala. Dan,” katanya menutup percakapan, “lihatlah wajahmu ketika murka .”
Setan memberitahukan kepada kita supaya bercermin saat marah. Pasalnya, ketika itu, paras setan berada di paras seseorang yang murka . Dengan melihat paras diri ketika dilanda amarah itulah, orang-orang yang higienis hatinya akan segera tersadar dan beristighfar hingga amarahnya mereda.
Selain itu, wujud setan pula sanggup dikenali di mata orang yang sedang marah dan genre darahnya. Itulah yg sebagai sebab memerahnya paras & naiknya detak jantung tatkala seorang murka .
“Jangan murka ,” pesan cinta Nabi suatu waktu, “dan bagimu nirwana.”
sumber : (Kisahikmah.Com)