Terkuak Identitas Nur Khamid Warga Magelang yang Nikahi Bule Cantik dari Manchester Ternyata Bukan Pemuda Biasa
Jodoh
terbukti tidak bakal kemana. Kalau telah ditakdirkan demikian, dipisah
jarak sejauh apapun, jodoh tentu berjumpa. Mungkin itu ungkapan yang
cocok untuk menggambarkan kisah cinta dari Nur Khamid, pemuda berumur 26
tahun, asal Gaten, Ketunggeng, Dukun, Magelang, dengan Poli Alexandrea
Robinson, gadis berumur 21 tahun, warga negara asing asal Manchester,
Inggris.
KEDUA sejoli ini baru melangsungkan pernikahan, Minggu (16/12/2018) di rumah Nur Khamid yang ada di Magelang. Mereka
mengikat janji suci dan mengawetkan kisah cinta mereka dalam ikatan
pernikahan dengan cara Islam di depan kedua orangtuanya dan disaksikan
oleh segenap anak buah keluarga dari mempelai pria.
Kisah
cinta mereka bermula saat mereka berjumpa di Pulau Dewata di bulan
Agustus 2017. Nur Khamid terbukti saat itu tengah bekerja di Bali,
hingga takdir mengangkat dirinya berjumpa dengan Poli.
Pertemuan pertama, disusul dengan tidak sedikit pertemuan lainnya. Hubungan mereka pun terjalin terus dekat.
Sampai akhirnya mereka memutuskan menikah pada 16 Desember 2018 lalu, seusai 1,5 tahun menjalin hubungan.
“Saya
kenal dengan Poli itu bulan Agustus 2017 lalu, dan terus dekat menjalin
hubungan selagi 1,5 tahun sebelum meperbuat pernikahan kemarin 16
Desember 2018,” ucap Nur Khamid, Selasa (18/12/2018) saat dihubungi
melewati sambungan telepon.
Awalnya, Nur Khamid tidak bisa percaya dengan hubungan ini.
Begitu juga dengan orang-orang yang kadang meremehkan. Tetapi, ikatan keduanya justru terus kuat.
Sampai
pernikahan dilangsungkan, Khamid berkata ini semua merupakan kehendak
dari Tuhan. Ia tidak sempat menyangka jodohnya nyatanya merupakan gadis
cantik asal Inggris tersebut.
"Kalau
namanya telah jodoh mau bagaimana lagi. Saya tidak sempat mengarah
untuk memperoleh seorang bule yang cantik sebagai istri saya."
"Tetapi,
Allah berkehendak menjodohkan saya dengan Poli Alexandrea, istri saya
saat ini," tutur pria pemilik akun Instagram karnaradheya ini.
Poli pun nyatanya juga tampaknya serius bakal hubungan ini, hingga dirinya mau untuk dinikahi Nur Khamid.
Poli sendiri diketahui telah memeluk agama islam enam bulan sebelum pernikahan mereka dilangsungkan.
Pernikahan mereka pun dilangsungkan dengan cara agama islam alias nikah sirih dengan salah seorang penghulu.
"Kami
tetap nikah agama alias nikah siri, halal dengan cara agama islam. Poli
kewarganegaraannya tetap Inggris belum menjadi warga Negara Indonesia,
jadi saya niatkan sah dengan cara agama dulu."
"Kedepan kita tetap bakal langsungkan pernikahan dengan cara resmi, seusai menantikan syarat-syarat yang lengkap,” ucap Khamid.
Seusai
melangsungkan pernikahan pada hari Minggu (16/12) di Magelang, kedua
pasangan muda itu langsung bertolak kembali ke Pulau Bali pada keesokan
harinya,Senin (17/12) malam.
Nur Khamid sendiri mengaku sebagai pemilik suatu rumah makan bernama Luku Kitchen di daerah Seminyak Bali.
Nur Khamid sempat menanggapi gambar dan video pernikahan mereka yang viral dan tersebar luas di media sosial.
Ia hanya tertawa saja, sebab niatnya hanya untuk menghalalkan hubungan dirinya dengan istrinya, Poli.
Meski begitu, ia berharap kisah yang dialaminya bisa menjadi inspirasi positif untuk masyarakat di luar sana.
“Sebetulnya
saya tidak tahu bisa tersebar semacam ini, tahu-tahu saja telah viral
di media sosial. Niat saya cuma untuk menghalalkan hubungan kami, Tetapi
sebab telah terlanjur viral cuman bisa berharap kisah saya ini bisa
mengispiratif faktor yang positif terhadap para warganet,” tutur Khamid.
Ibunda
dari Nur Khamid, Juwariyah (60) sendiri tidak menyangka anaknya menikah
dengan Poli, seorang WNA asal Inggris, tetapi ia merasa bahagia atas
pernikahan anaknya.
Pernikahan digelar pada hari Minggu (16/12) Kliwon, pukul 08.00 WIB pagi hari, dengan cara siri.
Pihak keluarga semua juga telah merestui keduanya untuk menikah, walau kedua mempelai mempunyai tidak sedikit perbedaan.
Ia sendiri beramanat terhadap Nur Khamid dan Poli, supaya keduanya bisa mengabdi terhadap orangtuanya.
"Bahagia
sekali, harapannya jadi orang baik dan mengabdi sama orangtua, itu
saja, kita merestui dan mendoakan mereka," kata Juwariyah.
Juwariyah,
di mata keluarga, menantunya, Poli, merupakan orang yang baik. Poli
telah tiga kali berkunjung ke rumah Nur Khamid di Magelang, berjumpa
dengannya, ayah Nur Khamid, dan keluarga besar di sana.
Meski Poli tidak bisa berkata bahasa (Indonesia), ia berkomunikasi dengan keluarga dengan bahasa isyarat saja.
"Dua
tahun mereka berhubungan hingga sekarang. Poli itu orangnya baik. Tiga
kali berkunjung ke sini. Ya, ngga bisa bahasa indonesia, jadi wajib
pakai isyarat, semisal kalau mau makan, minum, kita layani," ujarnya.
Adik
dari Nur Khamid, Eriawan, berkata, segenap keluarga hadir untuk
menyaksikan pernikahan kakaknya, Nur Khamid, walau pihak keluarga dari
Poli tidak bisa hadir saat itu.
Dirinya
dan keluarga mengaku bahagia atas pernikahan mereka. Tidak hanya
mendapat restu dari orangtuanya, mempelai wanita, Poli, juga mendapat
restu dari kedua orangtuanya di Inggris.
"Kami
sekeluarga merasa bahagia atas pernikahan kakak saya, sebab mendapat
restu dari orangtua, dan juga orangtua dari pihak perempuan," ucap
Eriawan.
Eriawan pun berdoa untuk pernikahan kakaknya, supaya menjadi pengantin yang sakinah, mawaddah dan warrohmah.
"Semoga
mereka menjadi pasangan pengantin yang sakinah, mawaddah, warrohmah,
amiin," pungkasnya. ( Rendika Ferri K | Tribunjogja.com )