Ternyata Begini Kenapa Kamar Mandi Menjadi Rumah Iblis, Jangan Sampai Kamu Tidak Tahu!
Dalam suatu hadits, rasulullah saw
menceritakan bila iblis memohon loka tinggal pada allah swt serupa
halnya allah swt memberikan loka tinggal kanak – kanak adam berposisi di
bumi.
‘‘ya allah, adam dan juga keturunannya engkau beri loka tinggal pada bumi, sampai berilah jua saya tempat tinggal, ’’ kata iblis.
Allah swt berfirman; ‘‘loka tinggalmu merupakan toilet (kamar mandi ataupun jamban) , ’’ (hr. Bukhari).
Dari situlah setelah itu iblis pula menarik hati tiap orang yg merambah rumahnya yang berbentuk kamar mandi, jamban ataupun toilet.
Godaan iblis macam – macam & pula aneka corak. Misalnya menarik hati insan agar:
berlama – lama pada pada kamar mandi
bernyanyi ataupun mengatakan – istilah
bermain – main air ataupun suatu yang lain (membawa ipod mencermati musik)
membisiki seorang izin berkemih sembari berdiri
membiarkan sandang yang kotor bergantung dalam kamar mandi
melupakan seseorang buat berdoa kala hendak masuk ataupun keluar menurut kamar mandi
melaksanakan ihwal asusila
melaksanakan wudhu sembari telanjang
mengcoret – coret bilik kamar mandi
merancang kejahatan
hingga, hati – hatilah sewaktu dalam toilet ataupun kamar mandi. Dan pula pedoman yg baik merupakan; jalani mandi, buang air dll sewajarnya aja, lebih kilat lebih baik. Jangan kurang ingat buat memohon proteksi kepada allah waktu sebelum merambah kamar mandi menggunakan mengucap ta’aawudz ataupun kalimat
adab – adab masuk kamar mandi
siapa aja yg bakal menunaikan hajatnya, buang air besar ataupun air mini , hingga hendaklah dia menjajaki 10 adab ini dia. Mudah – mudahan bermanfaat.
Kesatu: menutup diri dan juga menghindar berdasarkan insan kala buang hajat.
Dari jabir bin ‘abdillah radhiyallahu ‘anhu, dia mengungkapkan, “kami sempat keluar berbarengan rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kala safar, dia nir menunaikan hajatnya pada wilayah terbuka, tetapi dia berangkat ke tempat yang jauh hingga nir terlihat & jua tidak nampak. ” [1]
kedua: nir bawa suatu yang bertuliskan nama allah.
Serupa mengenakan cincin yang bertuliskan nama allah dan jua semacamnya. Tentang ini terlarang karna kita diperintahkan buat mengagungkan nama allah & pula ini sudah dikenal sang tiap orang secara tentu. Allah ta’ala berfirman,
“demikianlah (perintah allah). & pula barangsiapa mengagungkan syi’ar – syi’ar allah, hingga sebetulnya itu mencuat menurut ketakwaan hati. ” (qs. (AL) hajj: 32)
masih ada suatu riwayat berdasarkan anas bin malik, dia berkata, “rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa kala merambah kamar mandi, beliau meletakkan cincinnya. ”[2]
hendak tetapi hadits ini adalah hadits munkar yang diingkari sang banyak periset hadits. Tetapi benar cincin beliau betul bertuliskan “muhammad rasulullah”. [3]
syaikh abu malik hafizhohullah menyampaikan, “apabila cincin ataupun semacam itu pada syarat tertutup ataupun dimasukkan ke dalam saku ataupun tempat yg lain, sampai boleh benda tersebut dimasukkan ke toilet. Imam ahmad bin hambal berkata, “apabila beliau ingin, beliau boleh memasukkan benda tersebut dalam genggaman tangannya. ” kebalikannya bila dia cemas benda tadi lenyap karna diletakkan pada luar, hingga boleh masuk ke dalam kamar mandi menggunakan benda tersebut dengan sebab keadaan darurat. ” [4]
ketiga: membaca basmalah dan pula memohon perlindungan pada allah (bawa ta’awudz) saat sebelum masuk tempat buang hajat.
Ini bila seorang merambah tempat buang hajat berbentuk bangunan. Sebaliknya kala berposisi di tanah luas, hingga beliau mengucapkannya pada dikala melucuti pakaiannya. [5]
dalil berdasarkan perihal ini adalah sabda nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “penghalang antara pemikiran jin & pula rambut/aurat manusia adalah jika keliru seorang pada antara mereka merambah loka buang hajat, lalu dia ucapkan “bismillah”. ” [6]
berdasarkan anas bin malik, dia berkata, “rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kala merambah jamban, beliau ucapkan: allahumma inni a’udzu bika minal khubutsi wal khobaits (ya allah, saya berlindung kepada – mu menurut setan laki-laki dan jua setan wanita[7]). ” [8]
an nawawi rahimahullah menyampaikan, “adab membaca doa semacam ini nir dibedakan buat pada dalam ataupun di luar bangunan. ” [9]
buat do’a “allahumma inni a’udzu bika minal khubutsi wal khobaits”, boleh jua dibaca allahumma inni a’udzu bika minal khubtsi wal khobaits (denga ba’ yang disukun). Terlebih lagi trik baca khubtsi (dengan ba’ disukun) itu lebih poly pada golongan para ulama hadits sebagaimana dikatakan oleh (AL) qodhi iyadh rahimahullah. Sebaliknya menimpa maknanya, masih ada ulama yg berkata bila arti khubtsi (dengan ba’ disukun) adalah hambatan setan, kebalikannya khobaits merupakan maksiat. [10] jadi, trik baca menggunakan khubtsi (menggunakan ba’ disukun) dan jua khobaits itu lebih luas maknanya dibandingkan menggunakan arti yang di dini tersebut karna arti kedua berarti memohon proteksi berdasarkan semua hambatan setan dan juga maksiat.
Keempat: masuk ke tempat buang hajat terlebih dulu menggunakan kaki kiri dan pula keluar berdasarkan tempat tersebut menggunakan kaki kanan.
Untuk dalam perkara yang baik – baik serupa mengenakan sandal dan pula menyisir, hingga kita dituntunkan buat mendahulukan yang kanan. Sebagaimana ada pada hadits,
كَانَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – يُعْجِبُهُ التَّيَمُّنُ فِى تَنَعُّلِهِ وَتَرَجُّلِهِ وَطُهُورِهِ وَفِى شَأْنِهِ كُلِّهِ
“nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lebih senang mendahulukan yg kanan kala mengenakan sandal, menyisir rambut, kala bersuci & jua pada tiap masalah (yang baik – baik). ” [11]
menurut hadits ini, syaikh ali basam mengungkapkan, “mendahulukan yang kanan untuk perkara yg baik, ini ditunjukkan sang dalil syar’i, dalil nalar dan pula didukung sang fitrah yang baik. Sebaliknya buat perkara yang kurang baik, sampai dipakai yg kiri. Wacana inilah yg lebih pantas bersumber pada dalil syar’i & juga nalar. ” [12]
asy syaukani rahimahullah mengatakan, “adapun mendahulukan kaki kiri kala masuk ke loka buang hajat dan pula kaki kanan kala keluar, hingga itu mempunyai sebab menurut sisi jikalau nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lebih senang mendahulukan yang kanan buat perihal yang baik – baik. Kebalikannya buat tentang yang kurang baik (kotor) , dia lebih senang mendahulukan yg kiri. Ihwal ini bersumber dalam dalil yang sifatnya dunia. ” [13]
kelima: nir menghadap kiblat ataupun pula membelakanginya.
Menurut abu ayyub (AL) anshori, nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “jika kamu menghadiri jamban, hingga janganlah kamu menghadap kiblat & jua membelakanginya. Hendak namun, hadaplah ke arah timur ataupun barat. ” abu ayyub mengungkapkan, “dulu kami sempat tinggal pada syam. Kami mengalami jamban kami dibentuk menghadap ke arah kiblat. Kami jua membarui arah tempat tersebut dan jua kami meminta ampun dalam allah ta’ala. ”[14] yang diartikan menggunakan “hadaplah arah barat & pula timur” merupakan kala kondisinya di madinah. Namun bahwa kita berposisi di indonesia, hingga bersumber pada hadits ini kita dihentikan buang hajat menggunakan menghadap arah barat dan jua timur, & jua diperintahkan menghadap ke utara ataupun selatan.
Namun apakah embargo menghadap kiblat dan jua membelakanginya kala buang hajat berlaku di pada bangunan & pula di luar bangunan? Jawaban yang lebih pas, ihwal ini berlaku di dalam & juga pada luar bangunan bersumber dalam keumuman hadits abu ayyub (AL) anshori pada atas. Komentar ini diseleksi oleh imam abu hanifah, imam ahmad, ibnu hazm, syaikhul islam ibnu taimiyah [15], muhammad bin ‘ali asy syaukani [16] & juga komentar terakhir berdasarkan syaikh ali basam [17]
terdapat jua hadits ibnu ‘umar radhiyallahu ‘anhuma yang mengungkapkan, “saya sempat menaiki tempat tinggal hafshoh karna terdapat sebagian keperluanku. Lalu aku memandang rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam buang hajat dengan membelakangi kiblat dan jua menghadap syam. ”[18] hadits ini menampilkan jikalau nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam membelakangi kiblat kala buang hajat. Sampai menimpa hadits ibnu ‘umar ini kita bisa menunjukkan jawaban bagaikan berikut.
Pelarangan menghadap & pula membelakangi kiblat lebih kita dahulukan daripada yg membolehkannya.
Perkataan nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yg melarang menghadap dan juga membelakangi kiblat kala buang hajat lebih didahulukan berdasarkan perbuatan beliau.
Hadits ibnu ‘umar bukanlah menasikh (menghapus) hadits abu ayyub (AL) anshori karna apa yang dilihat oleh ibnu ‘umar cumalah kebetulan aja & juga nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam nir memaksudkan terdapatnya aturan baru pada perihal ini. [19]
simpulannya, komentar yang lebih pas dan
jua lebih hati – hati adalah haram secara mutlak menghadap & juga
membelakangi kiblat kala buang hajat.
Keenam: terlarang berdialog secara absolut kecuali jika darurat.
Dalilnya merupakan hadits menurut ibnu ‘umar radhiyallahu ‘anhuma, dia berkata, “terdapat seseorang yang melewati rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam & juga beliau lagi berkemih. Kala itu, orang tadi mengucapkan salam, namun beliau tidak membalasnya. ” [20]
syaikh ali basam mengungkapkan, “diharamkan berdialog dengan sahabat kala buang hajat karna perbuatan semacam ini adalah sesuatu yang hina, menampilkan minimnya kerasa memalukan dan juga merendahkan murua’ah (harga diri). ” sehabis itu beliau berdalil dengan hadits di atas. [21]
syaikh abu malik berkata, “sudah kita memahami jikalau menanggapi salam itu wajib . Kala buang hajat nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam meninggalkannya, hingga ini menampilkan diharamkannya berdialog kala itu, lebih – lebih lagi apabila dalam pembicaraan itu memiliki dzikir pada allah ta’ala. Hendak tetapi, apabila seorang berdialog karna masih ada sesuatu kebutuhan yg mesti dicoba kala itu, serupa menunjuki jalur pada orang (kala ditanya saat itu, pen) ataupun mau memohon air & juga semacamnya, hingga dibolehkan ketika itu karna karena darurat. Wallahu a’lam. ” [22]
ketujuh: nir buang hajat pada jalur dan jua loka bernaungnya insan.
Dalilnya adalah hadits berdasarkan abu hurairah, nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “hati – hatilah menggunakan (AL) la’anain (orang yang dilaknat oleh insan) ! ” para sahabat bertanya, “siapa itu (AL) la’anain (orang yang dilaknat oleh manusia) , wahai rasulullah? ” dia bersabda, “mereka merupakan orang yg buang hajat di jalur & jua loka bernaungnya manusia. ” [23]
kedelapan: nir buang hajat di air yg tergenang.
Dalilnya adalah hadits jabir bin ‘abdillah, beliau menyampaikan,
“rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang berkemih pada air tergenang. ” [24]
salah seseorang ulama besar syafi’iyah, ar rofi’i mengungkapkan, “embargo pada yuk berlaku buat air tergenang yang sedikit ataupun poly karna beserta sanggup mencemari. ” [25]
menurut yuk, berarti terlarang berkemih pada waduk, kolam air dan jua bendungan karna bisa memunculkan pencemaran & juga mampu bawa akibat bahaya untuk yg yang lain. Bila berkemih aja terlarang, lebih – lebih lagi buang air besar . Kebalikannya apabila airnya merupakan air yang mengalir (bukan tergenang) , sampai tidak kenapa. Namun ahsannya (lebih baik) tidak melaksanakannya karna serupa ini jua bisa mencemari & pula menyakiti yg lain. [26]
kesembilan: mencermati adab kala istinja’ (mensterilkan sisa kotoran sesudah buang hajat, alias cebok) , di diantaranya bagaikan berikut.
1. Nir beristinja’ dan juga memegang kemaluan dengan tangan kanan.
Dalilnya merupakan hadits abu qotadah, rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“bila salah seorang di antara kamu minum, janganlah beliau bernafas di pada bejana. Jika beliau buang hajat, janganlah dia memegang kemaluan menggunakan tangan kanannya. Janganlah jua dia beristinja’ menggunakan tangan kanannya. ”[27]
2. Beristinja’ dapat menggunakan menggunakan air ataupun memakai minimun tiga batu (istijmar). Beristinja’ menggunakan menggunakan air lebih primer daripada memakai batu sebagaimana jadi komentar sufyan ats tsauri, ibnul mubarok, imam asy syafi’i, imam ahmad dan pula ishaq. [28] dalihnya, menggunakan air tentu aja lebih higienis.
Dalil yg menampilkan istinja’ dengan air adalah hadits menurut anas bin malik, dia mengatakan,
“waktu nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam keluar untuk buang hajat, aku & jua anak sebaya denganku datang bawa seember air, lalu dia beristinja’ dengannya. ” [29]
dalil yg menampilkan istinja’ dengan minimun tiga batu merupakan hadits jabir bin ‘abdillah, rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“jika keliru seorang pada antara engkau mau beristijmar (istinja’ menggunakan batu) , hingga gunakanlah tiga batu. ” [30]
tiga. Memerciki kemaluan dan juga celana menggunakan air setelah berkemih buat menyirnakan waspadai.
Ibnu ‘abbas mengungkapkan,
“nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berwudhu menggunakan satu kali – satu kali membilas, lalu sesudah itu dia memerciki kemaluannya. ” [31]
apabila tidak mengalami batu buat istinja’, sampai dapat digantikan dengan barang yg lain, asalkan penuhi tiga ketentuan: [1] barang tersebut suci, [2] dapat menyirnakan najis, dan jua [3] bukan benda berharga serupa duit ataupun santapan. [32] sampai – hingga menurut kondisi – kondisi ini, batu boleh digantikan dengan tisu yang spesial buat mensterilkan kotoran selesainya buang hajat.
Kesepuluh: mengucapkan do’a “ghufronaka” sesudah keluar kamar mandi.
Dalilnya adalah hadits menurut ‘aisyah radhiyallahu ‘anha, dia berkata,
“nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa sesudah dia keluar kamar mandi beliau ucapkan “ghufronaka” (ya allah, saya meminta ampun dalam – mu). ” [33]
mengapa seorang diajarkan mengucapkan “ghufronaka” selepas keluar berdasarkan kamar kecil, adalah karna kala itu dia dipermudah buat keluarkan kotoran tubuh, sampai dia juga ingat hendak dosa – dosanya. Sang karenanya, dia jua berdoa pada allah supaya dihapuskan dosa – dosanya sebagaimana allah memudahkan kotoran – kotoran tubuh tadi keluar. ” [34]
demikian sebagian adab kala buang hajat yg bisa kami sediakan pada tengah – tengah pembaca sekaligus. Gampang – mudahan allah berikan kepahaman dan pula mempermudah buat mengamalkan adab – adab yang mulia ini. Mudah – mudahan allah senantiasa mempertinggi ilmu yang bermanfaat yg hendak mengakibatkan amal yang sholih.
[1] hr. Ibnu majah angka. 335.
[2] hr. Abu daud nomor . 19 dan pula ibnu majah angka. 303. Abu daud menyampaikan jika hadits ini munkar.
[3] hr. Bukhari angka. 5872 dan pula muslim angka. 2092.
[4] shahih fiqh sunnah, syaikh abu malik, 1/92, (AL) maktabah at taufiqiyah.
[5] penerangan menurut syaikh abu malik pada shahih fiqh sunnah, 1/93.
[6] hr. Tirmidzi angka. 606, berdasarkan ‘ali bin abi tholib.
[7] penafsiran setan pria & juga setan perempuan sebagaimana dikatakan sang (AL) imam abu sulaiman (AL) khottobi. Amati (AL) minjah syarh shahih muslim bin (AL) hajjaj, yahya bin syarf an nawawi, 4/71, dar ihya’ at turots, cetakan ke 2, 1392.
[8] hr. Bukhari angka. 142 & pula muslim nomor . 375.
[9] (AL) minjah syarh shahih muslim, 4/71.
[10] amati idem.
[11] hr. Bukhari angka. 168 dan pula muslim nomor . 268, menurut ‘aisyah radhiyallahu ‘anha.
[12] amati taisirul ‘alam, syaikh ali basam, ihwal. 26, darul kutub (AL) ‘ilmiyah, cetakan kesatu, tahun 1424 h.
[13] as sailul jaror, muhammad bin ‘ali asy syaukani, 1/64, darul kutub (AL) ‘ilmiyah, cetakan kesatu, tahun 1405 h.
[14] hr. Bukhari angka. 394 & jua muslim nomor . 264.
[15] amati shahih fiqh sunnah, 1/94.
[16] amati (AD) daroril madhiyah syarh (AD) duroril bahiyah, muhammad bin ‘ali asy syaukani, wacana. 36 – 38, darul ‘aqidah, cetakan kesatu, tahun 1425 h.
[17] amati taisirul ‘alam, footnote tentang. 30 – 31. Sebelumnya dia berkomentar bolehnya membelakangi kiblat jika berposisi pada dalam bangunan. Setelah itu beliau pembetulan selesainya itu.
[18] hr. Bukhari angka. 148, 3102 & juga muslim angka. 266.
[19] amati (AD) daroril madhiyah ihwal. 36 – 28, taisir ‘alam footnote dalam wacana. 30 – 31, & jua shahih fiqh sunnah 1/94.
[20] hr. Muslim angka. 370.
[21] amati tawdhihul ahkam min bulughil marom, syaikh ali basam, 1/315, darul atsar, cetakan kesatu, tahun 1425 h.
[22] shahih fiqh sunnah, 1/95.
[23] hr. Muslim nomor . 269.
[24] hr. Muslim nomor . 281.
[25] amati kifayatul akhyar, taqiyuddin abu bakr bin muhammad (AL) hushni (AD) dimasyqi, ihwal. 35, darul kutub (AL) islamiyah, cetakan kesatu, 1424 h.
[26] amati taisirul ‘alam, perihal. 19.
[27] hr. Bukhari angka. 153 dan juga muslim nomor . 267.
[28] amati shahih fiqh sunnah, 1/88 – 89.
[29] hr. Bukhari angka. 150 dan jua muslim angka. 271.
[30] hr. Ahmad (tiga/400). Syaikh syu’aib (AL) arnauth menyampaikan jikalau sanad hadits ini kokoh.
[31] hr. (AD) darimi angka. 711. Syaikh husain salim asad mengungkapkan kalau sanad hadits ini shahih.
[32] amati kifayatul akhyar, tentang. 34.
[33] hr. Abu daud angka. 30, at tirmidzi angka. 7, ibnu majah nomor . 300, (AD) darimi angka. 680.
[34] majmu’ fatawa wa rosail, 11/107, darul wathon – daruts tsaroya, cetakan terakhir, 1413 h.
‘‘ya allah, adam dan juga keturunannya engkau beri loka tinggal pada bumi, sampai berilah jua saya tempat tinggal, ’’ kata iblis.
Allah swt berfirman; ‘‘loka tinggalmu merupakan toilet (kamar mandi ataupun jamban) , ’’ (hr. Bukhari).
Dari situlah setelah itu iblis pula menarik hati tiap orang yg merambah rumahnya yang berbentuk kamar mandi, jamban ataupun toilet.
Godaan iblis macam – macam & pula aneka corak. Misalnya menarik hati insan agar:
berlama – lama pada pada kamar mandi
bernyanyi ataupun mengatakan – istilah
bermain – main air ataupun suatu yang lain (membawa ipod mencermati musik)
membisiki seorang izin berkemih sembari berdiri
membiarkan sandang yang kotor bergantung dalam kamar mandi
melupakan seseorang buat berdoa kala hendak masuk ataupun keluar menurut kamar mandi
melaksanakan ihwal asusila
melaksanakan wudhu sembari telanjang
mengcoret – coret bilik kamar mandi
merancang kejahatan
hingga, hati – hatilah sewaktu dalam toilet ataupun kamar mandi. Dan pula pedoman yg baik merupakan; jalani mandi, buang air dll sewajarnya aja, lebih kilat lebih baik. Jangan kurang ingat buat memohon proteksi kepada allah waktu sebelum merambah kamar mandi menggunakan mengucap ta’aawudz ataupun kalimat
adab – adab masuk kamar mandi
siapa aja yg bakal menunaikan hajatnya, buang air besar ataupun air mini , hingga hendaklah dia menjajaki 10 adab ini dia. Mudah – mudahan bermanfaat.
Kesatu: menutup diri dan juga menghindar berdasarkan insan kala buang hajat.
Dari jabir bin ‘abdillah radhiyallahu ‘anhu, dia mengungkapkan, “kami sempat keluar berbarengan rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kala safar, dia nir menunaikan hajatnya pada wilayah terbuka, tetapi dia berangkat ke tempat yang jauh hingga nir terlihat & jua tidak nampak. ” [1]
kedua: nir bawa suatu yang bertuliskan nama allah.
Serupa mengenakan cincin yang bertuliskan nama allah dan jua semacamnya. Tentang ini terlarang karna kita diperintahkan buat mengagungkan nama allah & pula ini sudah dikenal sang tiap orang secara tentu. Allah ta’ala berfirman,
“demikianlah (perintah allah). & pula barangsiapa mengagungkan syi’ar – syi’ar allah, hingga sebetulnya itu mencuat menurut ketakwaan hati. ” (qs. (AL) hajj: 32)
masih ada suatu riwayat berdasarkan anas bin malik, dia berkata, “rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa kala merambah kamar mandi, beliau meletakkan cincinnya. ”[2]
hendak tetapi hadits ini adalah hadits munkar yang diingkari sang banyak periset hadits. Tetapi benar cincin beliau betul bertuliskan “muhammad rasulullah”. [3]
syaikh abu malik hafizhohullah menyampaikan, “apabila cincin ataupun semacam itu pada syarat tertutup ataupun dimasukkan ke dalam saku ataupun tempat yg lain, sampai boleh benda tersebut dimasukkan ke toilet. Imam ahmad bin hambal berkata, “apabila beliau ingin, beliau boleh memasukkan benda tersebut dalam genggaman tangannya. ” kebalikannya bila dia cemas benda tadi lenyap karna diletakkan pada luar, hingga boleh masuk ke dalam kamar mandi menggunakan benda tersebut dengan sebab keadaan darurat. ” [4]
ketiga: membaca basmalah dan pula memohon perlindungan pada allah (bawa ta’awudz) saat sebelum masuk tempat buang hajat.
Ini bila seorang merambah tempat buang hajat berbentuk bangunan. Sebaliknya kala berposisi di tanah luas, hingga beliau mengucapkannya pada dikala melucuti pakaiannya. [5]
dalil berdasarkan perihal ini adalah sabda nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “penghalang antara pemikiran jin & pula rambut/aurat manusia adalah jika keliru seorang pada antara mereka merambah loka buang hajat, lalu dia ucapkan “bismillah”. ” [6]
berdasarkan anas bin malik, dia berkata, “rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kala merambah jamban, beliau ucapkan: allahumma inni a’udzu bika minal khubutsi wal khobaits (ya allah, saya berlindung kepada – mu menurut setan laki-laki dan jua setan wanita[7]). ” [8]
an nawawi rahimahullah menyampaikan, “adab membaca doa semacam ini nir dibedakan buat pada dalam ataupun di luar bangunan. ” [9]
buat do’a “allahumma inni a’udzu bika minal khubutsi wal khobaits”, boleh jua dibaca allahumma inni a’udzu bika minal khubtsi wal khobaits (denga ba’ yang disukun). Terlebih lagi trik baca khubtsi (dengan ba’ disukun) itu lebih poly pada golongan para ulama hadits sebagaimana dikatakan oleh (AL) qodhi iyadh rahimahullah. Sebaliknya menimpa maknanya, masih ada ulama yg berkata bila arti khubtsi (dengan ba’ disukun) adalah hambatan setan, kebalikannya khobaits merupakan maksiat. [10] jadi, trik baca menggunakan khubtsi (menggunakan ba’ disukun) dan jua khobaits itu lebih luas maknanya dibandingkan menggunakan arti yang di dini tersebut karna arti kedua berarti memohon proteksi berdasarkan semua hambatan setan dan juga maksiat.
Keempat: masuk ke tempat buang hajat terlebih dulu menggunakan kaki kiri dan pula keluar berdasarkan tempat tersebut menggunakan kaki kanan.
Untuk dalam perkara yang baik – baik serupa mengenakan sandal dan pula menyisir, hingga kita dituntunkan buat mendahulukan yang kanan. Sebagaimana ada pada hadits,
كَانَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – يُعْجِبُهُ التَّيَمُّنُ فِى تَنَعُّلِهِ وَتَرَجُّلِهِ وَطُهُورِهِ وَفِى شَأْنِهِ كُلِّهِ
“nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lebih senang mendahulukan yg kanan kala mengenakan sandal, menyisir rambut, kala bersuci & jua pada tiap masalah (yang baik – baik). ” [11]
menurut hadits ini, syaikh ali basam mengungkapkan, “mendahulukan yang kanan untuk perkara yg baik, ini ditunjukkan sang dalil syar’i, dalil nalar dan pula didukung sang fitrah yang baik. Sebaliknya buat perkara yang kurang baik, sampai dipakai yg kiri. Wacana inilah yg lebih pantas bersumber pada dalil syar’i & juga nalar. ” [12]
asy syaukani rahimahullah mengatakan, “adapun mendahulukan kaki kiri kala masuk ke loka buang hajat dan pula kaki kanan kala keluar, hingga itu mempunyai sebab menurut sisi jikalau nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lebih senang mendahulukan yang kanan buat perihal yang baik – baik. Kebalikannya buat tentang yang kurang baik (kotor) , dia lebih senang mendahulukan yg kiri. Ihwal ini bersumber dalam dalil yang sifatnya dunia. ” [13]
kelima: nir menghadap kiblat ataupun pula membelakanginya.
Menurut abu ayyub (AL) anshori, nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “jika kamu menghadiri jamban, hingga janganlah kamu menghadap kiblat & jua membelakanginya. Hendak namun, hadaplah ke arah timur ataupun barat. ” abu ayyub mengungkapkan, “dulu kami sempat tinggal pada syam. Kami mengalami jamban kami dibentuk menghadap ke arah kiblat. Kami jua membarui arah tempat tersebut dan jua kami meminta ampun dalam allah ta’ala. ”[14] yang diartikan menggunakan “hadaplah arah barat & pula timur” merupakan kala kondisinya di madinah. Namun bahwa kita berposisi di indonesia, hingga bersumber pada hadits ini kita dihentikan buang hajat menggunakan menghadap arah barat dan jua timur, & jua diperintahkan menghadap ke utara ataupun selatan.
Namun apakah embargo menghadap kiblat dan jua membelakanginya kala buang hajat berlaku di pada bangunan & pula di luar bangunan? Jawaban yang lebih pas, ihwal ini berlaku di dalam & juga pada luar bangunan bersumber dalam keumuman hadits abu ayyub (AL) anshori pada atas. Komentar ini diseleksi oleh imam abu hanifah, imam ahmad, ibnu hazm, syaikhul islam ibnu taimiyah [15], muhammad bin ‘ali asy syaukani [16] & juga komentar terakhir berdasarkan syaikh ali basam [17]
terdapat jua hadits ibnu ‘umar radhiyallahu ‘anhuma yang mengungkapkan, “saya sempat menaiki tempat tinggal hafshoh karna terdapat sebagian keperluanku. Lalu aku memandang rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam buang hajat dengan membelakangi kiblat dan jua menghadap syam. ”[18] hadits ini menampilkan jikalau nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam membelakangi kiblat kala buang hajat. Sampai menimpa hadits ibnu ‘umar ini kita bisa menunjukkan jawaban bagaikan berikut.
Pelarangan menghadap & pula membelakangi kiblat lebih kita dahulukan daripada yg membolehkannya.
Perkataan nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yg melarang menghadap dan juga membelakangi kiblat kala buang hajat lebih didahulukan berdasarkan perbuatan beliau.
Hadits ibnu ‘umar bukanlah menasikh (menghapus) hadits abu ayyub (AL) anshori karna apa yang dilihat oleh ibnu ‘umar cumalah kebetulan aja & juga nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam nir memaksudkan terdapatnya aturan baru pada perihal ini. [19]
Keenam: terlarang berdialog secara absolut kecuali jika darurat.
Dalilnya merupakan hadits menurut ibnu ‘umar radhiyallahu ‘anhuma, dia berkata, “terdapat seseorang yang melewati rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam & juga beliau lagi berkemih. Kala itu, orang tadi mengucapkan salam, namun beliau tidak membalasnya. ” [20]
syaikh ali basam mengungkapkan, “diharamkan berdialog dengan sahabat kala buang hajat karna perbuatan semacam ini adalah sesuatu yang hina, menampilkan minimnya kerasa memalukan dan juga merendahkan murua’ah (harga diri). ” sehabis itu beliau berdalil dengan hadits di atas. [21]
syaikh abu malik berkata, “sudah kita memahami jikalau menanggapi salam itu wajib . Kala buang hajat nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam meninggalkannya, hingga ini menampilkan diharamkannya berdialog kala itu, lebih – lebih lagi apabila dalam pembicaraan itu memiliki dzikir pada allah ta’ala. Hendak tetapi, apabila seorang berdialog karna masih ada sesuatu kebutuhan yg mesti dicoba kala itu, serupa menunjuki jalur pada orang (kala ditanya saat itu, pen) ataupun mau memohon air & juga semacamnya, hingga dibolehkan ketika itu karna karena darurat. Wallahu a’lam. ” [22]
ketujuh: nir buang hajat pada jalur dan jua loka bernaungnya insan.
Dalilnya adalah hadits berdasarkan abu hurairah, nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “hati – hatilah menggunakan (AL) la’anain (orang yang dilaknat oleh insan) ! ” para sahabat bertanya, “siapa itu (AL) la’anain (orang yang dilaknat oleh manusia) , wahai rasulullah? ” dia bersabda, “mereka merupakan orang yg buang hajat di jalur & jua loka bernaungnya manusia. ” [23]
kedelapan: nir buang hajat di air yg tergenang.
Dalilnya adalah hadits jabir bin ‘abdillah, beliau menyampaikan,
“rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang berkemih pada air tergenang. ” [24]
salah seseorang ulama besar syafi’iyah, ar rofi’i mengungkapkan, “embargo pada yuk berlaku buat air tergenang yang sedikit ataupun poly karna beserta sanggup mencemari. ” [25]
menurut yuk, berarti terlarang berkemih pada waduk, kolam air dan jua bendungan karna bisa memunculkan pencemaran & juga mampu bawa akibat bahaya untuk yg yang lain. Bila berkemih aja terlarang, lebih – lebih lagi buang air besar . Kebalikannya apabila airnya merupakan air yang mengalir (bukan tergenang) , sampai tidak kenapa. Namun ahsannya (lebih baik) tidak melaksanakannya karna serupa ini jua bisa mencemari & pula menyakiti yg lain. [26]
kesembilan: mencermati adab kala istinja’ (mensterilkan sisa kotoran sesudah buang hajat, alias cebok) , di diantaranya bagaikan berikut.
1. Nir beristinja’ dan juga memegang kemaluan dengan tangan kanan.
Dalilnya merupakan hadits abu qotadah, rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“bila salah seorang di antara kamu minum, janganlah beliau bernafas di pada bejana. Jika beliau buang hajat, janganlah dia memegang kemaluan menggunakan tangan kanannya. Janganlah jua dia beristinja’ menggunakan tangan kanannya. ”[27]
2. Beristinja’ dapat menggunakan menggunakan air ataupun memakai minimun tiga batu (istijmar). Beristinja’ menggunakan menggunakan air lebih primer daripada memakai batu sebagaimana jadi komentar sufyan ats tsauri, ibnul mubarok, imam asy syafi’i, imam ahmad dan pula ishaq. [28] dalihnya, menggunakan air tentu aja lebih higienis.
Dalil yg menampilkan istinja’ dengan air adalah hadits menurut anas bin malik, dia mengatakan,
“waktu nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam keluar untuk buang hajat, aku & jua anak sebaya denganku datang bawa seember air, lalu dia beristinja’ dengannya. ” [29]
dalil yg menampilkan istinja’ dengan minimun tiga batu merupakan hadits jabir bin ‘abdillah, rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“jika keliru seorang pada antara engkau mau beristijmar (istinja’ menggunakan batu) , hingga gunakanlah tiga batu. ” [30]
tiga. Memerciki kemaluan dan juga celana menggunakan air setelah berkemih buat menyirnakan waspadai.
Ibnu ‘abbas mengungkapkan,
“nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berwudhu menggunakan satu kali – satu kali membilas, lalu sesudah itu dia memerciki kemaluannya. ” [31]
apabila tidak mengalami batu buat istinja’, sampai dapat digantikan dengan barang yg lain, asalkan penuhi tiga ketentuan: [1] barang tersebut suci, [2] dapat menyirnakan najis, dan jua [3] bukan benda berharga serupa duit ataupun santapan. [32] sampai – hingga menurut kondisi – kondisi ini, batu boleh digantikan dengan tisu yang spesial buat mensterilkan kotoran selesainya buang hajat.
Kesepuluh: mengucapkan do’a “ghufronaka” sesudah keluar kamar mandi.
Dalilnya adalah hadits menurut ‘aisyah radhiyallahu ‘anha, dia berkata,
“nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa sesudah dia keluar kamar mandi beliau ucapkan “ghufronaka” (ya allah, saya meminta ampun dalam – mu). ” [33]
mengapa seorang diajarkan mengucapkan “ghufronaka” selepas keluar berdasarkan kamar kecil, adalah karna kala itu dia dipermudah buat keluarkan kotoran tubuh, sampai dia juga ingat hendak dosa – dosanya. Sang karenanya, dia jua berdoa pada allah supaya dihapuskan dosa – dosanya sebagaimana allah memudahkan kotoran – kotoran tubuh tadi keluar. ” [34]
demikian sebagian adab kala buang hajat yg bisa kami sediakan pada tengah – tengah pembaca sekaligus. Gampang – mudahan allah berikan kepahaman dan pula mempermudah buat mengamalkan adab – adab yang mulia ini. Mudah – mudahan allah senantiasa mempertinggi ilmu yang bermanfaat yg hendak mengakibatkan amal yang sholih.
[1] hr. Ibnu majah angka. 335.
[2] hr. Abu daud nomor . 19 dan pula ibnu majah angka. 303. Abu daud menyampaikan jika hadits ini munkar.
[3] hr. Bukhari angka. 5872 dan pula muslim angka. 2092.
[4] shahih fiqh sunnah, syaikh abu malik, 1/92, (AL) maktabah at taufiqiyah.
[5] penerangan menurut syaikh abu malik pada shahih fiqh sunnah, 1/93.
[6] hr. Tirmidzi angka. 606, berdasarkan ‘ali bin abi tholib.
[7] penafsiran setan pria & juga setan perempuan sebagaimana dikatakan sang (AL) imam abu sulaiman (AL) khottobi. Amati (AL) minjah syarh shahih muslim bin (AL) hajjaj, yahya bin syarf an nawawi, 4/71, dar ihya’ at turots, cetakan ke 2, 1392.
[8] hr. Bukhari angka. 142 & pula muslim nomor . 375.
[9] (AL) minjah syarh shahih muslim, 4/71.
[10] amati idem.
[11] hr. Bukhari angka. 168 dan pula muslim nomor . 268, menurut ‘aisyah radhiyallahu ‘anha.
[12] amati taisirul ‘alam, syaikh ali basam, ihwal. 26, darul kutub (AL) ‘ilmiyah, cetakan kesatu, tahun 1424 h.
[13] as sailul jaror, muhammad bin ‘ali asy syaukani, 1/64, darul kutub (AL) ‘ilmiyah, cetakan kesatu, tahun 1405 h.
[14] hr. Bukhari angka. 394 & jua muslim nomor . 264.
[15] amati shahih fiqh sunnah, 1/94.
[16] amati (AD) daroril madhiyah syarh (AD) duroril bahiyah, muhammad bin ‘ali asy syaukani, wacana. 36 – 38, darul ‘aqidah, cetakan kesatu, tahun 1425 h.
[17] amati taisirul ‘alam, footnote tentang. 30 – 31. Sebelumnya dia berkomentar bolehnya membelakangi kiblat jika berposisi pada dalam bangunan. Setelah itu beliau pembetulan selesainya itu.
[18] hr. Bukhari angka. 148, 3102 & juga muslim angka. 266.
[19] amati (AD) daroril madhiyah ihwal. 36 – 28, taisir ‘alam footnote dalam wacana. 30 – 31, & jua shahih fiqh sunnah 1/94.
[20] hr. Muslim angka. 370.
[21] amati tawdhihul ahkam min bulughil marom, syaikh ali basam, 1/315, darul atsar, cetakan kesatu, tahun 1425 h.
[22] shahih fiqh sunnah, 1/95.
[23] hr. Muslim nomor . 269.
[24] hr. Muslim nomor . 281.
[25] amati kifayatul akhyar, taqiyuddin abu bakr bin muhammad (AL) hushni (AD) dimasyqi, ihwal. 35, darul kutub (AL) islamiyah, cetakan kesatu, 1424 h.
[26] amati taisirul ‘alam, perihal. 19.
[27] hr. Bukhari angka. 153 dan juga muslim nomor . 267.
[28] amati shahih fiqh sunnah, 1/88 – 89.
[29] hr. Bukhari angka. 150 dan jua muslim angka. 271.
[30] hr. Ahmad (tiga/400). Syaikh syu’aib (AL) arnauth menyampaikan jikalau sanad hadits ini kokoh.
[31] hr. (AD) darimi angka. 711. Syaikh husain salim asad mengungkapkan kalau sanad hadits ini shahih.
[32] amati kifayatul akhyar, tentang. 34.
[33] hr. Abu daud angka. 30, at tirmidzi angka. 7, ibnu majah nomor . 300, (AD) darimi angka. 680.
[34] majmu’ fatawa wa rosail, 11/107, darul wathon – daruts tsaroya, cetakan terakhir, 1413 h.