-->

Unair Kembangkan 5 Senyawa untuk Lawan Corona

Unair Kembangkan 5 Senyawa untuk Lawan Corona Covid-19. ©2020 Merdeka.com
Merdeka.com - Tim peneliti dari Universitas Airlangga (Unair) Surabaya menemukan lima senyawa yang bakal dijadikan obat untuk virus corona atau covid-19. Kelima senyawa yang disebut AcovUnair5 ini, kini sedang dalam tahap pengembangan.
Lima senyawa yang kini tengah dikembangkan menjadi obat covid-19 itu dijelaskan oleh Prof Ni Nyoman Tri Puspaningsih, Ketua Pusat Riset Rekayasa Molekul Hayati, Unair.
Prof Nyoman, demikian ia disapa, membenarkan telah menemukan 5 senyawa hasil sintesa yang bakal dipakai menjadi obat untuk covid-19. Ia menjelaskan, saat ini pihaknya tengah mencari senyawa yang mirip dengan reseptor yang menjadi tempat virus corona mengikat diri.
Harapannya, dengan ditemukannya senyawa yang mirip reseptor, maka virus atau Covid-19 ini akan dapat terkecoh.
"Lima senyawa itu interaksinya sebenarnya dengan enzim protiase, main protiase yang berasal dari Covid-19. Jadi kalau enzim itu punya tempat daerah pengikatan pusat atau ligan. Daerah itu digunakan virus untuk mengikat reseptor. Jadi kita sekarang mencari senyawa yang mirip-mirip dengan reseptor, supaya dia terkecoh si virusnya itu," ujarnya saat dihubungi merdeka.com melalui sambungan telepon, Jumat (3/4).
Ia menambahkan, dalam penelitian yang dilakukan tim ini, pihaknya melakukan pengembangan lima senyawa yang nantinya dapat ditangkap oleh virus sebagai inhibitor. Inhibitor inilah nantinya yang akan didesain supaya dapat mengikat protein virus.
"Virus akan menangkap senyawa kita sebagai inhibitor. Inhibitor ini yang didesain, kita sintesis supaya dia bisa mengikat protein virus, sehingga virusnya tidak bisa melekat kepada reseptor, tidak bisa melekat pada sel inang," tegasnya.
Ia menyebut, temuan lima senyawa ini diakuinya hasil seleksi dari penelitian 132 senyawa yang dimiliki Unair. Lima senyawa yang disebutnya dengan nama AcovUnair5, yang artinya anti Covid Unair ini, diakuinya memiliki energi ikat yang paling kuat.
"Kita dapat lima yang punya potensi energi ikat atau daya ikat activity yang gaining-nya yang lebih tinggi, bagus dan stabil dibanding dengan obat yang sudah ada. Jadi ini punya potensi sebagai kandidat (obat corona)," ungkapnya.
Dikonfirmasi apakah ada unsur dari herbal asal kelima senyawa kandidat obat Covid-19 ini, Prof Nyoman memastikan tidak ada. Sebab, kelima senyawa tersebut dihasilkan dari proses sintesis. Namun ia mengakui jika dasar teorinya dari herbal.
"Dalam seyawa itu tidak berasal dari herbal, karena ini sintesis. Hanya dasar teorinya dari herbal," tukasnya.
Unair Bantah Temukan Obat Corona
Sementara itu, Universitas Airlangga Surabaya membantah jika ada tim dosennya yang berhasil menemukan obat atau suplemen yang dapat menangkal virus corona atau Covid-19.
Wakil Rektor IV Unair Bidang Bisnis dan Alumni Prof Junaidi Khotib mengatakan, penelitian yang dilakukan oleh salah seorang dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Unair yang beredar adalah penelitian yang menghasilkan suatu produk makanan.
"Suatu produk makanan tidak boleh dilakukan klaim atau mengarahkan indikasi terhadap penanganan suatu penyakit," kata Junaidi beberapa waktu lalu.
Menurutnya, produk edar seharusnya terdapat Sertifikat Produksi Pangan - Industri Rumah Tangga (SPP-IRT), dan nomor izin edar oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
Jika ada bahan dari makanan yang mempunyai khasiat tertentu, kata dia, harus dibuktikan terlebih dahulu melalui berbagai tahapan, antara lain uji keamanan, uji khasiat dan uji klinis.
Ketika suatu produk diarahkan menjadi obat, baru bisa ada klaim atau indikasi penggunaan dari obat tersebut.
"Proses penelitian yang dilakukan dosen tersebut masih sebatas formula makanan untuk upaya menjaga kesehatan. Produk itu berisi coklat, ekstrak delima, dan serbuk tambahan dalam beberapa jumlah," ujarnya.
"Perihal klaim khasiat yang disampaikan di media, adalah pernyataan pribadi yang bersangkutan. Tetapi belum ada uji bukti yang dilaporkan ke pihak universitas," ucapnya.
Junaidi menegaskan, produk yang dikerjakan tersebut dikerja samakan dengan pihak lain yang tidak ada hubungan kerja sama dengan Unair. Maka, klaim-klaim tersebut berada di luar tanggung jawab Unair.
"Penelitian harus dilakukan berdasarkan atas kaidah-kaidah saintifik, legalitas, dan etika. Ketika tiga hal itu bisa terpenuhi, maka data penelitian bisa digunakan untuk data dukung untuk mendaftarkan produk penelitian supaya bisa dimanfaatkan oleh masyarakat umum," katanya.
Unair telah ditunjuk pemerintah sebagai salah satu lembaga yang dapat melakukan tes Covid-19. Untuk itu Unair telah membentuk Tim Riset yang diketuai Prof Soetjipto dr.
Untuk layanan pasien terjangkit virus dikomandani Prof Dr Nasronudin di Rumah Sakit Unair. Untuk identifikasi virus dikomandani oleh Prof Maria Lucia Inge Lusida di Lembaga Penyakit Tropis (LPT).
Sementara untuk mengembangan produk yang bisa memberikan kemanfaat, baik mencegah maupun mengobati Covid-19, dikomandani oleh Prof Dr Ni Nyoman Tri Puspaningsih. [ded]

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel